Selasa, 26 Mei 2009

RISET PROGRAM SINETRON SEKAR

RISET DATA

RATING KUANTITATIF DAN KUALITATIF

PROGRAM ACARA SINETRON “SEKAR” DI RCTI

Pendahuluan

Dalam industri penyiaran televisi sekarng ini, program – program televisi sekarang lebih banyak yang kurang berkualitas dalam artian lebih mengedepankan rating acara. Hal ini dikarenakan rating merupakan sebuah tolak ukur yang digunakan industri untuk pemasukan sponsor dan tentu saja akan dapat menambah pundi – pundi keuangan perusahaan penyiaran.Namun hal ini akan menjadi momok yang menakutkan bagi jurnalis maupun masyarakat, mengapa ? karena dikejar oleh rating, maka program-program yang ditayangkan semakin lama semakin menurun kualitasnya. Mungkin hal tersebut dikarenakan program acara yang ditampilkan dapat disenangi oleh masyarakat. Sebenarnya ini polemic yang akan sangat sulit dicari jalan keluarnya, bagi para pekerja kreatif industri penyiaran dapat diumpamakan bagai makan buah simalakama, di satu sisi sebagai pekerja kreatif ingin memberikan sebuah suguhan tontonan yang disenangi masyarakat serta dapat diterima oleh masyarakat yang nantinya akan menguntungkan bagi perusahaan. Namun di sisi lain sebagai seorang idealis seorang broadcaster harus bertanggungjawab terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam program tersebut yang nantinya akan berimbas kepada masyarakat. Dari segi masyarakat pun, masyarakat menginginkan sebuah suguhan yang bermutu namun menghibur (terkadang tanpa memperdulikan unsure pendidikan dan norma-norma)

Sebenarnya yang menjadi akar dari masalah ini adalah “Rating” yang lama kelamaan semakin merajai industri penyiaran di televisi kita. Entah karena pola pikir pemirsa (masyarakat) di Indonesia yang rendah sehingga tidak mengerti program yang mana yang seharusnya bermanfaat bagi mereka atau karena egosentrisme perusahaan penyiaran yang hanya ingin meraup untung sebesar-besarnya tanpa memikirkan pedoman bahwa stasiun televisi merupakan sebuah media penyampaian informasi bagi pemirsanya.

Yang jelas, faktanya sekarang ini adalah program – program yang sarat akan nilai – nilai yang bermanfaat malah merosot ratingnya tergilas oleh tayangan – tayangan yang penulis pikir adalah sebuah tayangan yang membodohi masyarakat.

Berdasarkan riset kualitatif program televisi yang dilakukan oleh Yayasan Science Etika Teknologi (SET), TIFA, IJTI, The Habibie Center, dan London School Public Relations. Riset penelitian ini melibatkan 191 responden di 11 kota di Indonesia. Hasilnya, acara talk show "Kick Andy" di stasiun Metro TV dan acara berita "Liputan 6" di SCTV paling berkualitas. "Program yang paling berkualitas didominasi program berita reguler dan talk show," ucap Koordinator Pelaksana Rating Publik Agus Sudibyo dalam sebuah seminar braodcast yang diadakan di London School Public Relation "Kick Andy" dinilai berkualitas oleh 90 responden (47,12 persen), "Liputan 6" menempati urutan kedua dengan 10,99 persen, "Si Bolang" 2,62 persen, dan "Metro Realitas" 2,09 persen. Empat program ini dalam rating AGB Nielsen menempati rating rendah. "Kick Andy" rating-nya 1,2, "Liputan 6" 4,7, "Si Bolang" 3, dan "Metro Realitas" 0,5.

Program – program yang malah menempati rating tertinggi adalah program – program hiburan seperti sinetron dan reality show yang semakin menjamur dan mengisi seluruh waktu prime time disetiap stasiun televisi. Oleh karena hal inilah penulis tertarik meneliti secara sederhana mengenai program dengan rating tertinggi tersebut, sebenarnya hal apa yang membuat mereka memperoleh rating yang tinggi dan apakah hal itu realistis dalam artian program tersebut memang benar-benar memiliki konten yang berkualitas.

Dalam hal ini penulis akan meneliti sebuah program sinetron di RCTI yang juga menempati jajaran atas sinetron dengan rating tinggi (dapat dilihat dari segi sponsor yang masuk dalam slot iklan di program tersebut banyak sekali) yakni sinetron “Sekar” yang tayang setiap harinya pukul 7 malam yang merupakan waktu prime time.

Synopsis Program Sekar

Riset dari segi Rating berbasis Kuantitatif

Ada beberapa point yang terdapat dalam riset data berbasis kuantitatif yakni :

· Packaging

Dilihat dari segi kemasan program ini, sinetron sekar dapat dibilang sebuah sinetron yang biasa saja, sama dengan yang lain. Sebuah sinetron stripping yang yang dibintangi oleh artis yang sudah akrab di masyarakat. Sebenarnya program yang menayangkan sebuah konten percintaan sudah amat banyak. Mungkin terlampau banyak. Sinetron sekar ini hadir mengusung cerita percintaan yang sudah bisa ditebak yakni drama percintaan dengan konflik kemiskinan, cinta antara si kaya dan simiskin yang dibatasai larangan dari kedua keluarga juga percintaan seorang gadis desa dengan pemuda kota. Namun program ini dapat menarik audiens terbanyak khusus nya para wanita serta ibu rumah tangga, mungkin sedari awal memang program ini memiliki segmentasi untuk kalangan ibu rumah tangga. Dan program ini sepertinya berhasil meraih target audiensnya. Dari segi kemasan secara keseluruhan program ini hampir sama dengan program sinetron lainnya. Dengan design grafis opening yang menampilkan cuplikan – cuplikan sinetron tersebut, serta diisi dengan alunan background musik yang lagi – lagi menggunakan lagu dari sebuah Band Music yang sedang naik daun yakni D’Masiv Dengan single hitsnya yang berjudul ‘merindukanmu’ mungkin ini merupakan salah satu strategi programmer untuk menarik perhatian pemirsa dengan lagu tersebut. Dan diharapkan program sinetron tersebut mendapatkan respon yang baik dari masyarakat sama seperti lagunya.

· Content

Cerita isi dari sinetron sekar yang penulis amati pada penayangannya hari rabu tertanggal 17 desember 2008, yang menceritakan cerita kelanjutan pada episode sebelumnya bercerita tentang Sekar beserta keluarganya yang sedang menghadapi masalah mengenai salah satu dari anggota keluarganya. Yang kabur dari rumah. Jika dilihat dari segi ceritanya ini merupakan cerita yang memang dapat terjadi dalam kehidupan masyarakat yang menontonnya dan ini merupakan celah yang baik untuk menrik perhatian pemirsa untuk tetap menonton Karena penasaran pada episode penyelesaian terhadap masalah tersebut, dalam episode ini juga menceritakan mengenai tokoh utama yakni sekar yang sedang berusaha mencari – cari pekerjaan yang merupakan gambaran realitas dari kehidupan kota Jakarta yang sulit untuk mencari pekerjaan. Ini juga dapat menjadi sebuah daya tarik untuk masyarakat agar ikut merasakan dan mengetahui kerasnya kota Jakarta dalam menghadapi persaingan di dunia bisnis. Apalagi dalam bisnis industri penyiaran yang sarat akan persaingan program yakni Head to Head, dalam hal ini Sekar Bersaing dengan sinetron nomor satu di stasiun rival nya RCTI yakni SCTV dengan sinetron Cinta Fitri yang sudah memasuki Musim ketiga, program ini terus berlanjut karena mendapat rating yang tinggi diantara sinetron yang lainnya. Sekar mungkin menjadi amunisi dan manuver yang ditembakan oleh RCTI untuk mematikan rating Cinta Fitri di SCTV. Namun apakah berhasil? Sejauh ini peneliti belum berhasil menemukan data yang paling akurat.

· Pemain

Setiap sinetron yang ingin memiliki rating yang tinggi pastilah menggunakan pemain yang juga berkualitas atau setidaknya sudah terkenal di mata masyarakat. Sinetron sekar sendiri memasang Naysilla mirdad sebagai pemeran utama dalam sinetron ini yang saya lihat mungkin ingin menyaingi Cinta fitri yang dibintangi oleh Shiren sungkar yang notabene masih seumuran. Untuk apa ? ada indikaisi bahwa ini merupakan strategi programming untuk menarik minat para remaja sampai dewasa untuk menonton program tersebut, namun saya lihat sejauh ini mungkin segmentasi audiens itu belum berhasil karena pada dasarnya penulis telah menanyakan kepada beberapa responden remaja dan dewasa dan hasilnya para remaja tersebut tidak suka menonton sekar.

Riset dari segi Rating berbasis Kualitatif

Dari segi kualitatif penulis lebih menekankan kepada nilai-nilai yang terkandung dalam program tersebut. Dalam program sinetron sekar, ada beberapa nilai positif yang dapat diambil yakni perjuangan hidup seseorang, kejujuran, serta percaya diri terhadap kemampuan sendiri. Namun masih banyak sisi negatifnya yang di khawatirkan akan membawa dampak negative pula bagi pemirsanya. Misalnya saja cerita ketika sekar tidak diakui oleh bapak kandungnya sendiri yang kabur untuk menikah dengan seorang yang kaya raya, hal ini akan menimbulkan paradigma bagi masyarakat bahwa sebenarnya sah – sah saja menikah dua kali tanpa harus ada persetujuan dari istri pertama, ini tentu akan menimbulkan efek buruk, begitu pula dengan cerita dan adegan adik iparnya sekar yang kabur hanya karena dilarang pacaran. Ini lebih menggelikan setidaknya sinetron ini mengajak anak usia yang belum cukup umur untuk bercinta –cintaan dan rela mengorbankan diri demi cinta. Dimana nilai pendidikannya. Selama ini juga dalam sinetron ini tidak pernah ada adegan yang meperlihatkan bahwa pemainnya mengajarkan hal yang berbau pendidikan, bahkan sekolah saja tidak pernah ada adegannya. Jadi penulis rasa program ini belum cukup memadai untuk ditonton dan disaksikan berjuta – juta mata orang Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar